Pengertian Model Pembelajaran VCT
Model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) merupakan suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik mencari maupun menentukan suatu nilai yang dianggap baik untuk mengatasi suatu permasalahan.Model VCT bertujuan untuk mengetahui kesadaran para siswa mengenai suatu nilai. Selain itu juga untuk membantu siswa menilai dan mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang berhubungan dengan kehidupannya sehari-hari.
Seperti model pembelajaran lainnya, model VCT juga memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pendidik atau guru harus bersikap adil terhadap pilihan siswanya dimana guru tidak membuat kesan seperti menggurui seakan lebih baik dari siswa. Guru harus menghindari unsur pemaksaan apakah siswa bersedia untuk berpartisipasi atau tidak. Selain itu guru juga harus mahir dalam mengajukan pertanyaan yang menyangkut masalah pribadi dan sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran ini adalah dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini menggunakan paradigma pengetahuan yang berdasarkan pada pandangan konstruktivist berupa pengalaman individu.
Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini ada tiga yaitu penelitian entografi, penelitian grounded theory dan penelitian tindakan.
Metode dalam Model Pembelajaran VCT
Metode merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam model pembelajaran VCT adalah sebagai berikut.1. Metode diskusi. Metode ini untuk saling berbagi gagasan berupa informasi ataupun pengalaman yang dimiliki masing-masing siswa agar tercapai suatu kesepakatan pokok pikiran. Kesepakatan inilah yang nantinya akan ditulis sebagai hasil dari diskusi. Metode diskusi ini sangat bermanfaat dalam melatih siswa agar menjadi lebih aktif. Namun jika tidak diawasi dengan benar maka terkadang diskusi tidak menghasilkan penyelesaian yang tuntas.
2. Metode brain storming. Metode brain storming atau curah pendapat merupakan metode yang menghimpun gagasan, informasi dan pengalaman dari seluruh siswa. Perbedaannya dengan diskusi adalah pendapat pada metode ini tidak ditanggapi oleh siswa yang lainnya. Tujuannya adalah untuk membuat kumpulan pendapat yang sama atau berbeda.
3. Metode role play. Metode role play atau bermain peran digunakan untuk menghadirkan peran yang ada dalam kenyataan ke dalam suatu pertunjukan. Metode ini menekankan pada masalah yang diangkat bukan pada kemampuan pemain dalam pertunjukan peran tersebut.
4. Metode wawancara. Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Sifatnya fleksible karena disesuaikan dengan masing-masing individu.
Langkah Langkah Penerapan Model Pembelajaran VCT
Langkah-langkah model pembelajaran VCT terbagi kedalam 7 tahap dan dalam 3 tingkatan sebagai berikut :1. Kebebasan memilih.
Pada tingkat ini ada 3 tahap yang dapat dilakukan. Pertama, kesempatan untuk memilih secara bebas yang menurutnya baik. Tahap yang kedua adalah menentukan pilihan diantara beberapa alternatif. Ketiga, menentukan pilihan perdasarkan analisis konsekuensi yang dapat terjadi akibat dari pilihan tersebut.
2. Menghargai.
Pada tingkat ini terdiri dari 2 tahapan, yang pertama yaitu adanya perasaan senang dan bangga terhadap nilai yang sudah dipilih. Kedua, menegaskan nilai yang sudah dipilih dan menjadi bagian dari dirinya dengan cara menunjukkannya kepada orang lain.
3. Berbuat.
Pada tingkat ini ada 2 tahap pembelajaran. Pertama, memiliki kemauan dan juga kemampuan untuk melaksanakannya. Tahap terakhir yaitu mengulangi perilaku yang sesuai dengan nilai yang menjadi pilihannya. Maksudnya adalah nilai pilihannya tersebut harus tercermin di dalam kehidupan sehari-hari.
Simak Juga Langkah - Langkah Model Pembelajaran Hand On Activity
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran VCT
Model pembelajaran VCT memiliki kelebihan untuk membina dan menanamkan nilai moral pada diri peserta didiknya. Selain itu model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman kepada siswa yang berdasarkan pada kehidupan sehari-hari.Namun model VCT juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, karena proses pembelajarannya langsung dilakukan oleh guru maka penanaman nilai yang dianggap baik tidak memperhatikan nilai yang telah tertanam dalam diri peserta didik. Oleh karena itu bisa saja terjadi bentrokan antara nilai baru dengan nilai lama yang sudah terbentuk sehingga siswa akan sulit untuk menyelaraskan nilai tersebut. Kedua, model pembelajaran ini akan berhasil bergantung pada kemampuan guru dalam menggali nilai yang ada dalam diri siswa.
0 comments:
Posting Komentar